Mengumpati Pagi

 

Mengumpati Pagi

satu-satunya tenang yang tersisa hanyalah akhir pekan. di luar itu, mendung berkejaran dengan hujan. langkah-langkah basah, sibuk mengumpati pagi. kakiku umpama sekoci tua yang pasrah dilumat cuaca. berharap sekali waktu, badai menyeretku menuju pulang lain yang tak mungkin. barangkali sebuah dermaga, atau sekadar daratan dengan pohon-pohon yang melambai dari kejauhan.

aku ingin menetap lebih lama, pada suatu yang entah kapan dan di mana. aku ingin memeluk pinggang laut dalam. mencari kanak-kanak yang mati di balik puing-puing diriku yang karam. membingkai bangkai mereka kembali, dalam sebaris puisi.


Masa Depan

masa depan adalah mesin yang berbicara dalam angka. angka yang tak tahu perih luka. jemarinya bau mesiu. kepalanya sekeras baja. masa depan adalah kotak cahaya dalam genggaman. tombol penawar kesepian. kesepian yang rutin berganti baju. masa depan adalah partisi yang memisahkan orang-orang, dari dirinya sendiri.